Home » » Membentengi Diri Dari Pemurtadan

Membentengi Diri Dari Pemurtadan

Anda barangkali sering mendengar upaya-upaya kristenisasi yang dilakukan oleh para misionaris yang dikisahkan di media-media Islam. Cukup banyak modus pemurtadan yang dibuat, mulai dari yang paling familiar yaitu pembagian sembako kepada kaum fakir miskin, atau upaya seorang laki-laki kafir menikahi wanita muslimah yang akhirnya dibujuk untuk menjadi seorang kristiani.

Bahkan modus yang cukup ekstrim yakni pengakuan seorang pendeta bernama Pendeta Abubakar Masyhur Yusuf Roni. Dalam ceramahnya, sang pendeta itu mengaku sebagai mantan kiai, alumnus Universitas Islam Bandung dan pernah menjadi juri MTQ Internasional. Dia tafsirkan ayat-ayat Al Qur'an secara sangat ngawur. Kaset rekaman ceramahnya diedarkan secara luas kepada umat Islam. Setelah diusut tuntas, ternyata pengakuan pendeta itu hanyalah bohong belaka. Yusuf Roni ternyata tidak bisa baca Al Qur'an. Dengan kebohongannya itu, pendeta pembohong Yusuf Roni diganjar penjara 7 tahun di Kalisosok, Surabaya.

Masih banyak lagi modus-modus lain yang tidak kalah ekstrimnya. Namun kali ini saya dapat menyaksikan dengan sendiri bagaimana gencarnya upaya mereka menggoyahkan aqidah kaum muslimin. Beberapa waktu lalu seorang kerabat mendapat kiriman sepucuk surat dari pengirim tak dikenal yang beralamat di Kanada. Setelah dibuka ternyata surat tersebut terdiri dari 2 lampiran kertas. Yang satu lembar berupa cerita dan yang selembar lagi sebuah penawaran korespondendsi. Awalnya tidak ada kecurigaan sama sekali, hingga pada satu bait yang menyebutkan akan keagungan "anak tuhan". Barulah kemudian kami mengerti bahwa ini adalah sebuah surat dengan upaya pemurtadan. Sekilas, orang tidak akan mencurigai surat tersebut, apalagi terdapat tulisan kaligrafi huruf hijaiyah di dalamnya. Namun jika diamati secara seksama maka tulisan tersebut adalah "Abaana" yang artinya Bapa Kami, dan ini pengirimnya jelas bukan orang Islam.

Selain menggunakan cara yang transparan dan langsung pada sasaran, langkah lain yang dilakukan para misionaris adalah secara halus dan terselubung yaitu dengan terlebih dahulu menanamkan pemahaman bahwa semua agama adalah sama (pluralisme). Mereka juga menawarkan beasiswa kepada lulusan perguruan tinggi Islam untuk menuntut ilmu di negara-negara barat yang kemudian akan diarahkan pemikirannya. Maka tak heran jika saat ini banyak cendekiawan muslim yang berpikiran sangat liberal. Mereka justru jarang membela agamanya sendiri tapi selalu membela hak-hak kaum kafir dan membenarkan perkataan-perkataan mereka.

Ironis memang, apalagi beberapa waktu yang lalu sebuah lembaga pendidikan tinggi Islam negeri di Indonesia ditengarai menjadi wadah pemurtadan. Banyak dosen yang menyebarkan paham liberal bahkan atheis dalam materi-materi perkuliahan.

Tampaknya, saat ini yang ingin menyerang syariat Islam adalah umat (yang mengaku) Islam sendiri. Kita lihat saja tokoh-tokoh liberal Indonesia yang selalu menentang syariat Islam, menyerukan pluralisme dan memperjuangkan pernikahan beda agama. Ini adalah upaya-upaya lain dalam menggoyahkan aqidah Islamiah. Mereka selalu membandingkan pencapaian-pencapaian dunia barat yang melesat maju meninggalkan umat Islam yang hidup di negara-negara miskin dan tertinggal. Mindset "barat adalah hebat" telah membutakan mata hati mereka akan kebenaran yang hakiki.

Gencarnya misi mereka yang seolah tak mengenal kata menyerah ini tidak dapat dipungkiri lagi. Kaum misionaris akan menempuh berbagai macam cara untuk mencapai tujuannya. Kini, Kristenisasi lebih diprioritaskan untuk menjauhkan umat Islam dari manhaj kebenaran, baru kemudian memurtadkannya. Hal ini sebenarnya sudah tertulis dalam Al Qur'an, bahwa kaum kafir tidak akan pernah puas sebelum umat Islam mengikuti mereka. Kita dapat merujuk pada ayat Al Qur'an berikut ini:

وَدَّ كَثِيرٌ مِّنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُم مِّن بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّارًا حَسَدًا مِّنْ عِندِ أَنفُسِهِم مِّن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ ۖ فَاعْفُوا وَاصْفَحُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (109)

“Sebahagian besar ahli kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintahNya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (Q.S. Al Baqarah : 109)

Pernyataan ini kembali dipertegas di dalam ayat 120 di surat yang sama, yang artinya: "Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka."

Ada baiknya kita bercermin dan menatap diri kita sendiri. Mengapa mereka begitu bernafsu memurtadkan dan memalingkan kita dari syariat Islam? Selain karena sudah merupakan ketetapan Allah, ada apa sebenarnya dengan kekuatan Islam itu sendiri? Apakah kita tampak begitu lemah di mata mereka? Lagi-lagi jawabannya telah ada sejak 14 abad silam. Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits: "Nyaris orang-orang kafir menyerbu dan membinasakan kalian seperti orang menyerbu santapan di atas piring." Berkata seseorang, "Apakah karena sedikitnya kami di waktu itu?" Beliau bersabda, "Bahkan kalian pada waktu itu banyak sekali, akan tetapi kalian seperti buih di atas air. Dan Allah mencabut rasa takut musuh-musuhmu terhadap kalian serta menjangkitkan di dalam hatimu penyakit wahn." Seseorag bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah wahn itu?" Beliau bersabda, "Mencintai dunia dan takut mati." (Riwayat Abu Dawud, Ahmad dan Abu Na'im)

Jadi, mengapa mereka yang minoritas tampak begitu tangguh melawan kita yang mayoritas? Jawaban yang diberikan Rasulullah adalah karena umat Islam telah mengalami penyakit cinta dunia dan takut mati. Saya aka mengambil contoh yang paling dekat dengan kita. Saat RUU Pornografi disusun, siapa yang paling getol melawan terbentuknya Undang-Undag tersebut? Ternyata umat Islam sendiri. Mereka terdiri dari para sineas, tokoh-tokoh politik dan para seniman. Mereka takut apabila Undang-Undang terbentuk akan berkuranglah mata pencaharian mereka. Artinya mereka tidak bisa menikmati kebebasan berekspresi dan juga penghasilan yang besar. Karena dari hal-hal yang berbau pornografilah uang dapat dikeruk. Sedangkan norma-norma keagamaan dan sosial dianggap hanya membelenggu kreatifitas dan hak asasi mereka sebagai manusia. Begitu cintanya manusia akan dunianya sehingga berupaya untuk menafikan kebenaran dan menafikan akan kematian yang akan menjemputnya.

Mengutip sebuah ucapan dari seorag presenter TV yang saat itu mengomentari kegiatan FPI yang dianggap sok membela Tuhan. "Padahal Tuhan tidak butuh untuk dibela", ucapnya kala itu. Tepat sekali, Allah tidak pernah butuh pada manusia. Tetapi sudah seharusnya manusia yang menghambakan diri padaNya merasa perlu untuk menunjukkan rasa cintanya kepada Sang Maha Pencipta apabila diganggu kehormatan agamanya. Allah SWT berirman dalam Al Qur'an:

وَلَا يَحْزُنكَ الَّذِينَ يُسَارِعُونَ فِي الْكُفْرِ ۚ إِنَّهُمْ لَن يَضُرُّوا اللَّهَ شَيْئًا ۗ يُرِيدُ اللَّهُ أَلَّا يَجْعَلَ لَهُمْ حَظًّا فِي الْآخِرَةِ ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ (176)

“Janganlah kamu disedihkan oleh orang-orang yang segera menjadi kafir. Sesungguhnya mereka tidak sekali-kali dapat memberi mudharat kepada Allah sedikitpun. Allah berkehendak tidak akan memberi sesuatu bagian (dari pahala) kepada mereka di hari akhirat, dan bagi mereka azab yang besar." (Q.S. Ali Imron : 176)

Maka dari itu yang perlu kita lakukan bukanlah reaktif berlebihan akan serangan-serangan terhadap dinullah ini. Yang harus dilakukan adalah mempertebal iman dan membentengi diri dengan ilmu dan aqidah yang kuat. Selain itu perlu cara cerdas menghadapi orang-orang yang berusaha menggoyah aqidah kita. Misalnya berdebat secara rasional dan dewasa ataupun lewat artikel-artikel yang mampu membuat orang berfikir obyektif. Karena Islam adalah agama yang sangat obyektif dan rasional. Islam selalu mempunyai alasan yang reasonable atas hukum-hukumnya. Abu Deedat, seorang kristolog mengatakan bahwa ia sering berdebat dengan para misionaris dan pendeta. Hampir semua perdebatan akan diakhiri dengan pengakuan bahwa mereka tidak dapat menjawab dan menyerah karena sesungguhnya yang mereka bacakan dalam Injil hanyalah rekayasa manusia dan bukan kalam Ilahi yang asli.

Untuk itu, lihatlah sekitar kita. Perluas jangkauan sosial kita dengan mendatangi kaum fakir miskin agar tidak didahului oleh mereka yang mempunyai maksud terselubung. Pegaruh kuat kristenisasi tidak terlepas dari kuatnya pengaruh barat. Negara-negara barat memang terlihat kuat dan maju dalam berbagai hal. Merekalah yang memegang perekonomian dunia. Sehingga ada ketidakpercayaan diri dalam intern umat Islam. Umat Islam semakin lama semakin tidak mampu menunjukkan taringnya, karena keterbelakangan dalam hal teknologi, perpecahan antar kelompok dan selalu mengedepankan perbedaan daripada persamaan. Padahal tak dapat dipungkiri bahwa Islam pernah mencapai masa-masa kejayaannya. Banyak ilmuan-ilmuan Islam yang cukup membanggakan.

Kaum muslimin diharapkan lebih peka terhadap serangan bukan hanya dari luar tetapi juga dari dalam. Serangan dari para misionaris memang mengkhawatirkan, tetapi lebih mengerikan lagi ketika ada orang-orang yang mengaku beragama Islam tetapi mengobrak-abrik tasir Al Qur'an dan syariat Islam. Jangan mengedepankan kekerasan dalam menghadapi serangan-serangan tersebut, karena Islam tidak mengajarkan kekerasan. Hadapi dengan cerdas dan tunjukkan bahwa umat Islam bukan buih yang hanya mengikuti kemana arus membawanya serta tak berdaya. Tetapi kita adalah ombak yang mampu menggulung kemungkaran demi tegaknya dinullah.

Pertajam mata hati, perluas wawasan, perkuat persatuan. Maka insya Allah kita mampu menangkal segala macam upaya penggoyahan aqidah. Semoga Allah selalu membantu kita agar mampu terus memegang teguh satu-satunya agama yang diridloiNya ini.


Fatimah Azzahra Alattas
Majalah Cahaya Nabawiy edisi 73
Jumadal Akhiroh 1430 / Juni 2009

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan berkomentar. Beritahu admin jika ada link yg rusak

Popular Posts

Followers

Total Pageviews